MENGENAL MOTIVASI BELAJAR





Pengertian

Menurut H. Mulyadi (Mulyadi, Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991:87) menyatakan bahwa definisi atau pengertian motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar


Menurut Tadjab, (Tadjab MA Ilmu Pendidikan. Karya Abditama Surabaya 1990:102) pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Sardiman ( 1988:75 ) mengatakan bahwa Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai

Menurut (Bophy, 1987) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situationspecific state Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.

Menurut McCombs (1991) pengertian motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Menurut Afifudin (dalam Ridwan, 2008), pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar

Menurut Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.

Menurut Clayton Alderfer dalam Hamdhu (2011) pengertian motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.


Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa

Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:
a) Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
b) Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)

1. Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa : “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.

2. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)

Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain.


Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua).
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.

Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1) Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.
b) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

2) Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

a) Takut yang dipelajari ( learned fear),
b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),
c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),
d) Maksud (purpose) dan aspirasi,
e) Motif berprestasi (achievement motive).

Menurut WS. Winkel (1983:27) motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi kuat, dia akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, dia akan mempunyai semangat dan gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Seorang siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental tersebut, dapat tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar. Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Siswa yang termotivasi, ia akan membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada usaha mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.

Faktor yang berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap seorang siswa dalam belajar, di antaranya adalah pengaruh dari orang tua. Orang tua, merupakan orang yang pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat pendidikan dari orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani (intrinsik) dan jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang bertanggungjawab pertama kali.

Di dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diperlukan perhatian dari orang tua. Peran utama bagi orang tua dalam lingkungan keluarga, yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.

Sedangkan bagi seorang anak, ketika melakukan proses belajar ada dua faktor yang menjadi tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Seorang anak yang belajar dengan motivasi yang rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.

Dalam kondisi seperti ini, peran orang tua sebagai motivator dituntut untuk mampu membangkitkan motivasi belajar anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang tua untuk membantu membangun motivasi belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah usaha yang mudah karena motivasi belajar ini sebenarnya harus sudah mulai ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dari kecil. Dengan demikian, anak diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya belajar untuk dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang tua kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang tua besar, maka akan mendorong munculnya motivasi belajar dalam diri anaknya, demikian pula sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi belajar anak di sekolah yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, dapat diduga adanya pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.


Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar Siswa di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, di antaranya yaitu:

1) Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada rapot angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.


2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.


3) Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa untuk belajar. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat mmeningkatkan prestasi belajar para peserta didik.

4) Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

5) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tetap. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mepertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

6) Memberi Ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah yang terlalu sering melakukan ulangan (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan para peserta didik.


Di samping bentuk-bentuk motivasi yang sudah dijelaskan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. (Sardiman, A.M, 2001).

Indikator-indikator Motivasi Belajar

Berikut ini beberapa Indikator-indikator Motivasi Belajar, antara lain

1) Disiplin; disiplin ialah melatih dan mendidik (termasuk pelajaran mental dan moral) orang-orang terhadap peraturan agar ada kepatuhan dan kemudian supaya dapat berjalan dengan tertib dan teratur dalam organisasi." Disiplin merupakan suatu pelatihan dan pendidikan kepada siswa agar dengan senang hati melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan perintah guru di sekolah.

2) Kepuasan; kepuasan belajar adalah cara seorang siswa merasakan apa yang dipelajari dapat bermanfaat bagi dirinya. Kepuasan merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap tugasnya yang didasarkan atas aspek-aspek tugasnya. Seorang siswa yang memperoleh kepuasan dari belajarnya akan mempertahankan prestasi belajarnya.

3) Keamanan; rasa aman sangat berpengaruh terhadap semangat belajar siswa karenarasa aman akan menimbulkan ketenangan kepada siswa di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar. Adapun yang dimaksud dengan rasa aman adalah: (a) aman untuk menghadapi masa depan seperti mempunyai nilai yang tinggi, dan (b) rasa aman di tempat belajar, barang milik, dan barang fasilitas belajar dari sekolah. Rasa aman ditempat belajar adalah suasana perasaan tenang pada saat siswa melaksanakan tugas-tugasnya di ruangan belajar. Suasana tersebut dapat dilihat dari perilaku siswa pada saat melakukan tugas-tugasnya. Mereka tidak merasa terancam dan tertekan baik dari atas, sesama rekan siswa, dan pihak luar. Barang-barang milik siswa dan inventaris fasilitas belajar yang ditinggalkan di ruangan belajar maupun di lingkungan tempat belajar pun aman.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terhadap siswa ada berbagai macam. Menurut Sardiman (2007:92), bahwa yang mempengaruhi motivasi belajar pada siswa adalah: tingkat motivasi belajar, tingkat kebutuhan belajar, minat dan sifat pribadi. Keempat faktor tersebut saling mendukung dan timbul pada diri siswa sehingga tercipta semangat belajar untuk melakukan aktivitas sehingga tercapai tujuanpemenuhan kebutuhannya.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2004:89), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil danmemilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

Sedangkan Menurut dimyati dan mudjiono, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah adalah sebagai berikut:
1) Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan dapat menumbuhkan kemauan belajar yang akan menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Cita cita dapat memperkuat motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
2) Kemauan Siswa
Keinginana seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan untuk mencapainya, karena kemauan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
4) Kondisi lingkungan Siswa
Siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan, dan ketertiban pergaulan perlu di pertinggi mutunya agar semangat dan motivasi belajar siswa mudah diperkuat.
5) Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. (Dimyati dan Mujiono, 2002)

Cara Mengukur Motivasi Belajar Siswa dan Indikator Motivasi Belajar Siswa salah satunya yang cukup bagus mendeskripsikan minat dan motivasi belajar siswa adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan model yang diajukannya telah membuat sebuah instrumen pengukur minat dan motivasi belajar.Ia mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.

Selain dengan model ARCS, Anda dapat membuat sendiri Angket untuk megukur motivasi belajar siswa. Adapun indikator-indikator yang dapat digunakan untuk penyusunan Angket tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara 2010:210), yaitu:
1. Durasi kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).
2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu).
3. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).
5. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
6. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7. Tingkat kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).


Atau Anda bisa membuat indikator sendiri seperti sontoh indikator motivasi belajar siswa berikut ini yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
1. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran yang dibutuhkan
3. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok
4. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas
5. Keaktifan siswa dalam mendengar penjelasan guru
6. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas individu dan kelompok
7. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran
8. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa
9. Adanya keinginan untuk mendapatkan hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok
10. Timbulnya semangat atau kegairahan pada diri siswa dalam mengikuti pelajaran


Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa, beberapa peran itu antara lain :

1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan secara tepat pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi dia akan mampu pula memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.

2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.

3. Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakan secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.

4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar dengan baik. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.

5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.

Dengan penerapan peranan seperti di atas, maka guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan mampu pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.


Adapun upaya lain untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Robert (1990:153) yaitu:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip pembelajaran. 

Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
2) Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahana masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
4) Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :
1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
3) Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar member kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
5) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar.
6) Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti.
2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
4) Guru mengajarkan cara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran.
5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya.
7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri.
8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.

d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.


Sumber Bacaan:

A. Tabrani R (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya
Abin Syamsudin Makmun (2001), Psikologi Kependidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya
Depdikbud (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana Sudjana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sondang P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983
W.S. Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.